Alunan gesekan biola yang melantunkan irama lagu ibu Kartini sejenak membawa saya akan ingatan sosok seorang perempuan Indonesia. Perempuan Indonesia yang seandainya beliau masih hidup akan bangga dengan pencapaian perempuan Indonesia masa kini, bahwa apa yang telah beliau lakukan dahulu menjadi jembatan dan inspirasi perempuan Indonesia sekarang.
Adalah 2 orang perempuan yang menjadi sosok Kartini milenial yang mampu membuktikan bahwa kerja keras tidak akan sia-sia, bahwa perempuan bisa berkarya. Kedua orang tersebut yaitu Aling Nur Naluri Widianti dan Wisni Indarto, dua Kartini milenial yang begitu peduli akan lingkungan sekitar dan kebudayaan kita.

Saya mengenal kedua sosok Kartini milenial ini di helatan Talkshow Kartini Go Global yang diadakan oleh BNI dan komunitas Ayo Naik Kelas pada Selasa (16/4) lalu di gedung Paviliun, SMESCO Jakarta, tepatnya di Rumah BUMN BNI Xpora. Acara yang digagas dalam rangka menyambut Hari Kartini sekaligus juga mendukung gerakan nasional bangga buatan Indonesia dan KTT G 20 pada November 2022.
Salam Rancage menganyam harapan untuk hidup lebih baik
Ketika memasuki ruang acara talkshow hari itu, pandangan saya langsung tertuju pada hasil kerajinan tangan yang ada di meja display. Siapa sangka bahwa kerajinan tangan itu berbahan dasar limbah kertas koran yang ada di sekitar kita. Kerajinan tangan yang berupa kotak tempat tisue dan alas gelas tersebut merupakan hasil kerajinan Salam Rancage, suatu komunitas yang digawangi oleh Aling Nur Naluri Widianti seorang ibu rumah tangga yang sangat peduli dan kuatir akan limbah sampah yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.

Rancage sendiri dalam bahasa Sunda berarti terampil atau kreatif. Ibu Aling mendirikan Salam Rancage terpicu dengan kenyataan banyaknya limbah kertas dan barang bekas yang ada di lingkungan tempat tinggalnya di gang Abdul Kodir, Bogor. Beliau merasa prihatin sekaligus miris dengan banyaknya sampah dan juga kesadaran warga yang sering membuang sampah di kali yang akibatnya membuat banjir pemukiman mereka juga.
Ide mendaur ulang sampah kertas dan barang bekas inilah yang direalisasikan ibu Aling dan Salam Rancage dengan menggaet ibu-ibu tetangganya. Pada awalnya pasti banyak rintangan, namun dengan ketekunan dan juga semangat menganyam harapan agar menjadi lebih baik, hasil karya mereka berhasil bernilai jual bahkan sampai ke manca negara.
“Ini bukan sekedar menganyam kertas koran jadi barang cantik tapi menganyam harapan untuk hidup lebih baik”
Aling – Salam Rancage

Selain mendaur ulang sampah kertas menjadi hasil kerajinan, warga gang Abdul Kodir ini juga memanfaatkan pekarangan rumah mereka dengan ditanami tanaman yang bermanfaat yang hasil panennya dijual di pasar Dongko di sekitar tempat tinggal mereka. Uniknya pasar Dongko ini berkomitmen untuk meminimalisir penggunaan plastik dalam pengemasan hasil jualannya yang kebanyakan berupa makanan dari hasil panen pekarangan mereka.
Pasar Dongko yang hanya ada sebulan sekali di minggu pertama tiap bulan ini hanya ada dari jam 7.00-10.00 pagi. Sejak pandemi keberadaan pasar Dongko otomatis berhenti, namun mereka bertransformasi menjadi transaksi online dengan mengkaryakan para suami yang terimbas PHK karena pandemi sebagai kurir pengantar.
Kartini milenial yang berani Go ekspor
Keberadaan Kartini milenial pada sosok ibu Aling dengan Salam Rancagenya juga selaras dengan yang dilakukan ibu Wisni yang mengangkat kebaya kutu baru sebagai bagian dari busana sehari-hari. Ibu Wisni yang sudah menekuni Saung Batik WDrupadi selama 9 tahun ini terus berupaya agar kebaya sebagai bagian dari busana tradisional kita dapat kembali mendapat tempat. Bukan saja menjadi pakaian formil di acara resmi tapi juga menjadi pakaian sehari-hari yang nyaman dikenakan.

Apalagi usaha yang ibu Aling dan ibu Wisni lakukan ini juga didukung oleh BNI Xpora dan Ayo Naik Kelas untuk dapat merambah pasar internasional di luar negeri. Terbukti hasil karya mereka mulai diapresiasi oleh penikmat kerajinan dan juga pecinta fashion di luar negeri.

Inilah bukti bahwa karya Kartini milenial kita dapat go ekspor dan go global. Saya yakin masih banyak lagi Kartini-Kartini milenial di luar sana yang juga mampu menghasilkan karya terbaiknya. Selamat Hari Kartini, Kartini Milenial siap Go Ekspor.